JALAN-JALAN GIH!: LIBURAN KOREA HARI KE-2 (BUKCHON HANOK VILLAGE, GYEONGBOKGUNG PALACE, NATIONAL FOLK MUSEUM, CHEONGGYECHON STREAM, INSADONG, MYEONGDONG)

hOLa, i'M bAcK!

Ok, sekarang waktunya lanjutin cerita liburan Korea hari ke-2. Sebelum mulai menjejakkan kaki keliling Seoul, sarapan di guesthouse dulu biar sehat dan kuat. Ada yang unik dari New Sun Guesthouse tempat saya menginap. Setiap pagi, oppa cutie yang jaga meja resepsionis gak pernah absen nyetel OST. Descendants of the Sun.



Kalo gak lagu Always-nya Yoon Mirae, pasti lagu Everytime-Chen feat Punch. Terus aja dua lagu itu diulang-ulang sampai ladang gandum ketumpahan coklat jadilah k*k* crunch.

Cukup lah ya intro-nya. Setelah sarapan, agenda pertama di hari ke-2 adalah menuju Bukchon Hanok Village. Seperti biasa, dengan mengandalkan kereta saya pergi menuju Anguk Station lalu keluar di Exit 2. Dari situ jalan lurus saja hingga melewati empat perempatan lampu merah, lalu seberangi jalan kemudian belok kiri pas dekat apotik. Bingung? Jangan sedih. Tak jauh dari Anguk Station Exit 2 ada kantor informasi untuk turis. Silakan tanya apa saja di situ *asal jangan tanya jodoh kamu ada di mana ya*, petugas informasi akan dengan senang hati menjelaskan dengan arahan peta gratis yang ia berikan.

Sesampainya di area Bukchon Hanok Village, masih bingung karena belum ada penampakan spot seperti di drama-drama yang biasa saya tonton. Untungnya, ada tourist guide berbaju merah yang ramah membantu menjelaskan disertai denah lokasi. Tanpa basa-basi saya putuskan langsung menuju spot nomor 6 yang sering muncul di scene drama atau foto-foto kece di instagram.



Senang karena udah dapet foto-foto kece buat profpic socmed, teringat masalah tiket pulang Garuda yang harus diurus. Di malam sebelumnya, ada e-mail dari pihak Garuda yang menyatakan bahwa penerbangan pulang saya tanggal 15 Maret 2016 direct flight ke Jakarta dibatalkan. Pilihan penggantinya ada dua, yaitu tetap terbang di tanggal yang sama dengan transit di Bali atau ganti tanggal pulang. Weits, nambah hari tinggal di Korea sih boleh banget, tapi duit di dompet yang gak bisa diajak kompromi. Setelah dilempar-lempar dari pihak garuda dan travel tempat membeli tiket promo, akhirnya disarankan mengunjungi kantor Garuda di Seoul untuk memperjelas solusinya.

Setelah searching di internet, kantor Garuda ini ada di area Namdaemun. Masalahnya, naik apa dan gimana cara dari Bukchon Hanok Village menuju kantor Garuda ini? A-ha, tanyakan saja pada oppa guide berbaju merah. Oppa ini sigap dan sangat membantu lho, sampai takjub lah liatnya. Oppa ini dengan cepat menelpon kantor Garuda dengan HP-nya untuk menanyakan alamat dan ancer-ancer arah ke sana. Oh, oppa semoga amal kebaikanmu bawa kamu ke surga yaaa *beneran terharu*
Sebagai bentuk terima kasih, inilah foto selfie keakraban kami. 



Selesai sudah urusan pertiketan, saatnya melaju ke itinerary berikutnya, Gyeongbokgung Palace. Ternyata Gyeongbokgung Palace dari Namdaemun ini terjangkau jalan kaki, saudara-saudara. Berbekal petunjuk arah plang jalan, saya jalan terus.... teruuuusss sampai capek, hahaha. Melewati Cheonggyechon Stream, sampai di patung keong akhirnya rehat sejenak meluruskan kaki sambil foto-foto.


Karena lapar dan sudah masuk waktu makan siang, akhirnya melipir dulu ke 711. Ganjal perut dengan triangle kimbab dan sebotol banana uyu (susu rasa pisang), baru lanjut menuju Gyeongbokgung Palace. Sampai di sana, pas banget jam 2 siang sedang ada upacara pergantian penjaga. Karena telat ambil tempat di dalam, akhirnya antre dulu di luar gerbang selama 5 menit. Lumayan bisa lihat pergantian penjaga di pintu gerbang. Setelah itu barulah para pengunjung di luar dipersilakan masuk untuk melihat prosesi upacara di dalam area Gyeongbokgung Palace.



Info aja nih, upacara ini wajib dilihat kalau ke sana. Sepenting itu? Penting banget! Kapan lagi lihat tradisi turun-temurun dari zaman Dinasti Joseon ini, dengan pengawal berseragam dan beratribut lengkap. Terlalu sia-sia untuk dilewatkan. Upacara ini diadakan setiap hari kecuali Selasa (karena tutup) pukul 11.00, 14.00 dan 16.00 waktu setempat. Setelah membeli tiket seharga 3000 won, saya masuk ke area dalam istana untuk ya... apalagi kalau bukan foto-foto narsis. Maklumin aja ya, namanya juga turis.


Di sana ada 1 ruangan yang dipadati turis-turis Cina. Bermodalkan rasa kepo, setelah kerumunan menyepi akhirnya saya mendekat. Ternyata ruangan itu adalah ruang rapat raja dengan para menteri seperti yang biasa saya tonton di drama saeguk. Belum sempat ambil video panjang, tiba-tiba saya didesak dan didorong oleh gerombolan turis Cina yang lain. Karena saya takut dicopet, akhirnya saya menyeruak kerumunan untuk melipir, hahaha... Jakarta kali ah banyak copet.

Sudah puas bermain di Gyeongbokgung Palace, saya mampir ke National Folk Museum di komplek belakang istana. Di museum ini saya tidak merasa bosan karena sejarah dan budaya Korea divisualisasikan secara apik dan modern.



Karena belum shalat dzuhur dan ashar, saya mampir dulu ke kantor KTO di ujung Cheonggyechon Stream. Menurut info dari beberapa blog, harusnya di KTO ini ada musholla. Faktanya, saat saya tanyakan ke resepsionis di sana ia bilang bahwa tidak ada musholla atau tempat untuk ibadah. Resah dan gelisah, saya sempat masuk mencari area potensial untuk shalat. Sebab takut kehabisan waktu shalat, akhirnya nekat mau shalat di satu ruangan besar yang kosong tak berpenghuni. Saat mau ambil wudhu di toilet, ada beberapa turis Malaysia yang sedang berwudhu juga. Guide mereka ternyata sudah diizinkan menggunakan ruangan kosong yang saya lihat untuk shalat. Akhirnya saya ikut saja dengan rombongan mereka. 

Selesai sholat, kami dihampiri oleh dua resepsionis yang melarang kami untuk shalat di situ. Oh, betapa aneh dan tidak konsistennya mereka. Saya cukup kecewa dengan attitude mereka yang tidak bersambut baik pada moslem traveler. Ya sudah lah ya, udah pernah diusir juga kan kemarin di M Plaza karena sholat di pojokan samping lift. Untungnya selalu ditegur pas udah selesai sholat, alhamdulillah.

Penasaran dengan penampakan Insadong market, akhirnya disempet-sempetin lah jalan kaki ke sana. Ternyata, sampai sana jalanannya sudah sepi. Hanya ada beberapa toko besar di pinggir jalan tapi masih sempat beli souvenir magnet dan yugwa (cemilan tradisional Korea favorit saya). 

Sebagai penutup malam, mampir dulu ngegaul di Myeongdong. Atas kelabilan diri ini, terbelilah sepasang kaos kaki BTS V (cuma k-popers dan army yang paham hahaha) dan sepasang kaos kaki bergambar mirip pokoppang.



Jajan cemal-cemil juga pastinya gak lupa donk. Saya coba makan gyeranppang seharga 2000 won dan barbeque dalkkochi (sate ayamnya Korea) seharga 3000 won. Untuk masalah rasa, gyeranppang ternyata bukan favorit saya. Telurnya masih sangat setengah matang, adonan rotinya pun kurang matang untuk saya. Teksturnya juga entah kenapa tidak pas di lidah. Mungkin karena adonannya menggunakan racikan sederhana. Taburan chia seed (benih bunga matahari) juga tidak membantu sama sekali.


Berbeda sekali dengan bbq ddalkkochi yang endeus pisaaan! Terimakasih karena sudah memperbaiki cita rasa lidah saya, hehehe.


Panjang juga ya cerita hari ini. Akankah postingan berikutnya lebih berbobot? Saya coba ya, hehehe.




Komentar